Cinta itu seperti orang yang sedang menunggu Pete-pete. Adami pete-pete singga didepanta, dan bilangki dalam hatita, "Awweeeh. . . penuh, banyak orang bela, tidak bisa meki duduk nyaman kasian! pete-pete yang berikutnya mo saja deh."
Baru pete-pete berikutnya datang. Kita liat dan bilangki lagi, "Adduh tidak asik bela, ga' bagus lagi. . . nda mo ja' deh. . ."
Kemudian dari jauh ada pete-pete cool sekali kita liat dan berminatki mau naiki i, tapi seakan-akan nacuekinki tidak naliatki dan lewatji begitu saja. (Kowdong) T___T
Tidak lama kemudian ada lagi pete-pete yang singga didepanta. Itu pete-pete lagi kosong, dan bagusji juga, tapi bilangki, "Aiii, tidak transparan kacanya bela, tidak bisaki liat orang diluar dan orang luar juga tidak bisa liatki.....". Dan lagi-lagi, kita biarkan itu pete-pete pergi tinggalkanki. . .
Waktu terus berlalu, mulaimi juga sadar bahwa bisa-bisa terlambatki ke tempat tujuanta.
Ketika pete-pete yang kelima datang hampiriki, sudah nda' sabarmi juga, langsungki saja masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, barumi sadar ternyata salah pete-pete. Itu pete-pete tidak kearah dan tujuan yang mau kita tuju! Dan akhirnya kita sia-siakanmi waktu yang ada hanya untuk naik ke pete-pete yang kita suka. . .
Moral dari cerita ini: sering kali kita tunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupta. Padahal kita sudah tau tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealanta itu. Dan kita juga tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginannya.
Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calonta', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depanta (sepertimi pete-pete yang keempat tadi). Tentunya sama dengan jurusan yang kita tuju. Kalau ternyata memang tidak cocokki, maumi diapa. . . tapi bisa jaki berteriak 'Kiri' ! dan keluar dengan sopan.
Memberi kesempatan ke pete-pete yang berhenti di depanta, semuanya bergantung pada keputusanta sendiri, mauki naik atau tidak. Daripada jalan kakiki sendiri menuju tempat tujuan kan cape' (untung-untung kalau dekatji), dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang disuka. Ccieelllah, , ,
Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan dapatki pete-pete yang kosong, kita suka dan bisa kita percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanta, bisa jaki kasi singga i to' (sebisa mungkin) didepanta, supaya dia juga kasiki kesempatan untuk masuk ke dalamnya. Karna, yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagi kita sendiri, terlebih-lebih bagi dia.
Jadi, pete-pete seperti apa yang kita tunggu? :D
Sumber :
Catatan (entah dari mana) yang ada di laptop...
Alih Bahasa :
Lampu Jalanan.
Baru pete-pete berikutnya datang. Kita liat dan bilangki lagi, "Adduh tidak asik bela, ga' bagus lagi. . . nda mo ja' deh. . ."
Kemudian dari jauh ada pete-pete cool sekali kita liat dan berminatki mau naiki i, tapi seakan-akan nacuekinki tidak naliatki dan lewatji begitu saja. (Kowdong) T___T
Tidak lama kemudian ada lagi pete-pete yang singga didepanta. Itu pete-pete lagi kosong, dan bagusji juga, tapi bilangki, "Aiii, tidak transparan kacanya bela, tidak bisaki liat orang diluar dan orang luar juga tidak bisa liatki.....". Dan lagi-lagi, kita biarkan itu pete-pete pergi tinggalkanki. . .
Waktu terus berlalu, mulaimi juga sadar bahwa bisa-bisa terlambatki ke tempat tujuanta.
Ketika pete-pete yang kelima datang hampiriki, sudah nda' sabarmi juga, langsungki saja masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, barumi sadar ternyata salah pete-pete. Itu pete-pete tidak kearah dan tujuan yang mau kita tuju! Dan akhirnya kita sia-siakanmi waktu yang ada hanya untuk naik ke pete-pete yang kita suka. . .
Moral dari cerita ini: sering kali kita tunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupta. Padahal kita sudah tau tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealanta itu. Dan kita juga tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginannya.
Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calonta', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depanta (sepertimi pete-pete yang keempat tadi). Tentunya sama dengan jurusan yang kita tuju. Kalau ternyata memang tidak cocokki, maumi diapa. . . tapi bisa jaki berteriak 'Kiri' ! dan keluar dengan sopan.
Memberi kesempatan ke pete-pete yang berhenti di depanta, semuanya bergantung pada keputusanta sendiri, mauki naik atau tidak. Daripada jalan kakiki sendiri menuju tempat tujuan kan cape' (untung-untung kalau dekatji), dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang disuka. Ccieelllah, , ,
Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan dapatki pete-pete yang kosong, kita suka dan bisa kita percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanta, bisa jaki kasi singga i to' (sebisa mungkin) didepanta, supaya dia juga kasiki kesempatan untuk masuk ke dalamnya. Karna, yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagi kita sendiri, terlebih-lebih bagi dia.
Jadi, pete-pete seperti apa yang kita tunggu? :D
Sumber :
Catatan (entah dari mana) yang ada di laptop...
Alih Bahasa :
Lampu Jalanan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar