Hari ini, rencananya Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat atau penetapan awal puasa Ramadan 1433 Hijriyah. Sidang akan berlangsung pukul 17.00 WIB di kantor Kementerian Agama.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini ditunggu oleh seluruh umat muslim Tanah Air yang ingin segera tau kapan awal Ramadan berlangsung. Tapi di sisi lain, ada juga saudara kita yang sudah menentukan kapan Ramadan dimulai, karna mereka menggunakan metode hisab.
Organisasi masyarakat terbesar, Nahdlatul Ulama (NU) menentukan awal bulan Qomariyah (Hijriyah) pada awalnya hanya menerapkan metode rukyatul hilal atau melihat bulan secara langsung. Namun dalam perkembangannya mereka juga mengkombinasikan dengan rukyat berkualitas dengan dukungan hisab yang akurat.
NU telah melakukan redefinisi hilal dan rukyat menurut bahasa, Alquran, As-Sunnah dan menurut sains sebagai landasan dan pijakan kebijakannya dalam penentuan awal Ramadan, dan jatuhnya hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Sehingga, kapan awal Ramadan berlangsung, bagi NU harus menunggu hasil dari rukyah yang baru akan dilakukan sore ini. Meskipun dalam kalender-kalender NU, mereka sebenarnya juga telah menentukan awal Ramadan berdasarkan hasil hisab. Sikap NU ini sejalan dengan pemerintah.
Sedangkan Muhammadiyah menerapkan penentuan awal bulan menggunakan metode hisab, meskipun tidak sepenuhnya menghilangkan proses rukyat. Hal ini beralasan bahwa berdasarkan perkembangan iptek dan pola kehidupan masyarakat maka pelaksanaan rukyat dilakukan dengan menggunakan hisab.
Dengan metode hisab dari Muhammadiyah ini maka dianggap sudah memasuki bulan baru manakala sudah dapat dilihat wujudul hilal atau nampaknya bulan baru setelah terbenamnya matahari.
Tak cuma Muhammadiyah dan NU saja yang sering tidak sama dalam menentukan awal puasa. Beberapa penganut Islam Kejawen, atau pengikut tarekat-tarekat juga sering berbeda dalam menentukan awal puasa.
Islam Kejawen Alif Rebo Wage atau Aboge misalnya. Mereka mempunyai cara tersendiri untuk menentukan kapan dimulainya puasa. Jika Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan dan Nahdlatul Ulama menggunakan rukyah, maka kaum Islam Kejawen Aboge menggunakan almanak Jawa untuk menentukan awal puasa.
Lain halnya dengan jamaah An-Nadzir, Makassar. Mereka menentukan awal Ramadhan dengan melihat tanda-tanda alam. Menurut Ulama Jamaah An-Nadzir Ustad Lukman, indikasi 1 Ramadan dilihat dari tanda-tanda alam, yakni hasil intaian bulan, pada bulan Sya'ban. Intaian bulan sangat penting untuk menentukan akhir pada bulan Sya'ban.
Lukman menambahkan, indikator penghitungan terbit bulan, lebih bagusnya dilihat pada akhir bulan Rajab. Sebab, jika itu sempurna maka awal bulan Syahban juga tidak meleset, demikian juga pada penentuan awal Ramadhan.
Oleh karenanya, mereka menentukan awal Ramadhan tahun ini adalah Kamis (19/7) hari ini.
Puasa lebih awal juga dilakukan oleh jamaah Tarekat Naqsabandiyah, Padang, Sumatera Barat. Mereka sudah memulai puasa Ramadan 1433 Hijriah pada Rabu 18 Juli 2012 kemarin.
Penentuan awal puasa ini dua hari lebih cepat daripada Muhammadiyah yang menetapkan awal Ramadan jatuh pada Jumat 20 Juli 2012. Sementara pemerintah baru akan melakukan sidang isbat pada Kamis 19 Juli 2012 hari ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar